Aku Hidup Buat Apa Sih? Curhatan untuk yang Pernah Kehilangan Arah

Table of Contents

 

arti hidup

Pertanyaan ini jadi titik awal dari pencarian diriku.

Di usia awal 30-an, entah kenapa aku mulai sering bertanya nggak kira waktu, nggak kira tempat.

Aku merasa hidupku kosong.

Aku membenci pekerjaanku yang menuntutku bertemu banyak orang setiap hari. 

Setiap pagi aku bangun dengan rasa capek dan sumpek, hanya ingin cepat pulang dari pekerjaan yang terasa menguras tenaga dan jiwa.

Dan di balik semua perasaan itu, selalu muncul satu pertanyaan besar:

“Apa sih sebenarnya tujuan aku hidup?”

Apakah aku hanya diciptakan untuk terus terjebak di pekerjaan yang aku benci? 

Atau mungkin aku ini kurang bersyukur?

Atau jangan-jangan memang aku punya sikap negatif terhadap hidup ini?

Awal Pencarian: Mengejar Jawaban di Luar Diri

Dari situ, saya mulai mencari.

Satu hal saja yang aku ingin tahu: hidupku ini, apa sih tujuannya?

Aku mulai beli berbagai e-course dan e-book, ikut konseling, belajar mindfulness.
Dan ya, untuk beberapa saat aku merasa lebih tenang, lebih aman.
Tapi setelah beberapa hari, rasa kosong itu datang lagi…
Diam-diam mengisi hatiku seperti sebelumnya.

Aku tidak menyerah.
Aku mulai mendekatkan diri kepada Tuhan melalui renungan pagi dan doa.
Awalnya semua terasa baik—hatiku lebih ringan.
Namun setelah beberapa waktu, aku kembali ke pertanyaan yang sama:

“Tuhan, tujuan hidupku ini apa sih?”

Aku masih merasa benci dengan pekerjaanku.
Aku masih berharap bisa punya pekerjaan yang lebih layak.

Titik Balik: Bertemu Konsep Inner Child Healing

Sampai suatu hari aku menonton video dari Kak Qintari seorang trauma cleansing certified practitioner.

Dalam video itu, beliau membahas tentang inner child healing.

Dari yang aku pahami waktu itu, inner child healing adalah proses menyadari luka batin masa kecil luka karena pengabaian emosi atau kurangnya kasih sayang dan kemudian menyembuhkannya di masa dewasa agar bisa memahami diri sendiri dengan utuh.

Aku pun akhirnya ikut (dan membeli) course Inner Child Healing dari Kak Qintari(IG).
Dan di sanalah semuanya mulai masuk akal.

Aku mengerti kenapa di usia 30-an aku mudah marah, merasa kosong, dan sulit bahagia.

Semua itu ternyata berasal dari luka lama luka batin dan pengabaian emosi di masa kecil yang belum pernah benar-benar kuselesaikan.

Luka itu kubawa terus sampai dewasa, tanpa kusadari.

Dan baru kali itu aku paham:

Untuk menemukan tujuan hidupku, aku harus menyembuhkan luka-luka masa laluku. Bukan dengan lari, tapi dengan berani menghadapinya dan menyelesaikannya dengan kesadaran sebagai diriku yang sekarang.

Menemukan Kejernihan: Proses Mengenal Diri

Setelah mengikuti course itu, aku mulai melihat diriku dengan lebih jernih.
Aku sadar, kalau aku ingin tahu tujuan hidupku, aku harus mengenal diriku lebih dalam.

Dari sana aku mulai melakukan berbagai hal sederhana tapi penting:

  •  Mengikuti asesmen kepribadian
  • Tes IQ
  • Asesmen kejiwaan
  • Talent mapping

Semua itu kulakukan dengan satu tujuan: untuk mengenal diriku sendiri.

Dan jujur, itu keputusan terbaik yang pernah aku ambil.
 

Dari proses itu aku bisa menarik kesimpulan:

Dengan mengenal diri kita, kita tahu kekuatan dan kelemahan kita.
Dan dari sana, kita bisa memilih jalan yang paling tepat — baik dalam karier maupun dalam hidup.

Kesimpulan: Jawabannya Ada di Dalam Dirimu

Dalam bahasa yang sederhana, aku menemukan tujuan hidupku dengan dua langkah:

  • Menyembuhkan luka masa lalu, dan
  • Kembali fokus mengenal diriku di masa kini


Dari sanalah aku tahu bahwa tujuan hidupku adalah memaksimalkan potensi dan kekuatan yang Tuhan sudah percayakan untuk aku gunakan di pekerjaan, di panggilan, dan dalam kehidupan yang sedang aku jalani.

Untuk Kamu yang Mungkin Sedang Mencari.

Kalau kamu juga sedang mencari jawaban atas pertanyaan yang sama, sadari satu hal:

Jawabannya tidak ada di luar dirimu. Jawabannya ada di dalam dirimu sendiri.

Sembuhkan lukamu.
Kenali dirimu.
Dan kamu akan menemukan arah hidupmu dengan sendirinya.

Itu saja yang bisa aku bagikan dari perjalanan pribadiku.
Kalau kamu ingin berbagi cerita, aku siap dan senang mendengarkannya.
Tulis aja di kolom komentar, ya.

Ingat.

You can heal yourself.
The answer is already inside your head.

Post a Comment